Hampir tiga minggu ini aku nggak posting blog sama sekali, gilanya lagi, di tiga minggu ini juga aku nekat menolak beberapa tawaran sponsored post dan sponsored trip yang masuk ke email. Iya, ada tiga atau empat yang aku tolak baik-baik. Aku bilang gila karena setakabur itu aku menolak rejeki.
Entah ya, akhir-akhir ini aku lagi merasa kehilangan blog sebagai taman bermainku. Rasanya lebih banyak dia jadi mesin penghasil rejeki yang garing, kering, kosong, dan hampa. Tapi masih menyenangkan memang. Bohong kalau rejeki-rejeki itu nggak menyenangkan. Trip-trip gratisan, rupiah-rupiah yang bantu menghidupi keluargaku, atau sereceh sebatang gincu boleh endorse. Semuanya masih sangat menyenangkan.
Tapi ironisnya, malah blog ini yang kehilangan 'menyenangkannya' itu sendiri. Deadline demi deadline di reminder hape yang bunyi hampir setiap hari, mulai menganggu dan bikin aku jengah. Blog, hari ini, bukan lagi teman baik yang menemaniku menjemput rejeki-rejeki dan kesempatan-kesempatan baik, tapi mesin yang aku panjer setiap waktu entah demi apa.
Oke, memang ngeblog itu nggak murah. Sangat nggak murah. Satu tulisan yang kelihatannya sepele, bisa jadi dibuat dengan biaya yang banyak dan energi yang nggak kalah banyak. Meluangkan waktu untuk produksi konten itu nggak bisa dianggep recehan. Menjadi konten kreator, pada level tertentu, akan menguras banyak modal dan tenaga. Makanya blogger punya rate card. Bukan buat foya-foya atau jadi kaya raya, tapi memang ada yang harus kami bayar untuk konten-konten itu.
Tapi entahlah, pada satu titik, aku merasa mengkhianati blog ini. Rumahku sejak 2010, sekarang jadi alat yang nggak ada ruhnya. Aku jadi terobsesi buat menggenjot pageview, demi bisa menaikkan angka-angka di rate card. Aku terobsesi buat naikin follower instagram, demi job-job yang mulai peduli perfomance sosial media. Aku jadi betul-betul kerja di blog ini, kerja dalam arti serius dan melelahkan, nggak lagi bersenang-senang tau-tau menghasilkan.
Aku jadi mengejar popularitas. Apa namanya? FOMO? Ya, mungkin itu. Rasanya kayak disabet banget liat temen-temen pada melejit sedangkan aku belum, dalam arti positif ya. Aku pengin kerja lebih keras di blog ini supaya nggak kalah terlalu jauh sama mereka. Dan kerja keras ini yang sekarang bikin aku ketakutan bukan main. Ketakutan aku akan melesat, menggapai, sukses, lalu sampai ke... kehilangan diri sendiri.
Kalian tau kan aku ini Asus banget? Banyak yang mengira aku dibayar mahal sama Asus karena sering banget nulis brand satu itu, padahal enggak. Aku memang sering dikasih produknya tapi jauh sebelum kami bekerjasamapun, aku sudah pakai Zenfone. Bahkan tim Asus itu nggak pernah mengirim brief yang begini begitu soal artikel, paling kirim press release, aku bebas mau posting mau enggak. Mau rewrite seenak kentut juga bebas, mereka nggak pernah memaksa.
Aku jadi mengejar popularitas. Apa namanya? FOMO? Ya, mungkin itu. Rasanya kayak disabet banget liat temen-temen pada melejit sedangkan aku belum, dalam arti positif ya. Aku pengin kerja lebih keras di blog ini supaya nggak kalah terlalu jauh sama mereka. Dan kerja keras ini yang sekarang bikin aku ketakutan bukan main. Ketakutan aku akan melesat, menggapai, sukses, lalu sampai ke... kehilangan diri sendiri.
Kalian tau kan aku ini Asus banget? Banyak yang mengira aku dibayar mahal sama Asus karena sering banget nulis brand satu itu, padahal enggak. Aku memang sering dikasih produknya tapi jauh sebelum kami bekerjasamapun, aku sudah pakai Zenfone. Bahkan tim Asus itu nggak pernah mengirim brief yang begini begitu soal artikel, paling kirim press release, aku bebas mau posting mau enggak. Mau rewrite seenak kentut juga bebas, mereka nggak pernah memaksa.
Lagian kalau mau dikonversikan ke duit, harga gadget yang mereka kasih ke aku, kalau ditotal, tetap nggak nutup harga puluhan konten yang aku buat untuk mereka. Tapi aku tetap menulis.
Sehari sebelum acara launching notebook terbaru Asus kemarin itu, ada brand kompetitor yang nawarin aku kerja sama, tau apa? aku tolak. Padahal tim Asus ya mempersilakan, mereka nggak pernah melarang bloggernya buat membuka kerjasama bahkan dengan kompetitor. Aku tolak bukan karena takut didepak Asus toh mereka mempersilakan, tapi karena aku memang nggak pernah pakai produk kompetitor itu dan belum tertarik. Untuk pertama kalinya aku menolak rejeki gede, tapi rasanya lega banget.
Eh ini aku beneran nggak dibayar atau apa ngomong gini, tanya sendiri lah sama tim Asus. Boro-boro bayar dia mah, bisa ngobrol sama aku tanpa ngeselin aja udah sukur hahahahahaha you know who.
Nah kemarin itu aku rasanya kayak menggampar diri sendiri. Tim Asus, dengan cara mereka bersahabat dengan blogger, bikin aku sadar kalau ya.. ngeblog harusnya semenyenangkan ini! Aku memilih datang ke eventnya Asus walau nggak dibayar daripada terima job yang jelas-jelas ada duitnya. Karena buat apa terima job gede kalau nggak menikmati proses nulisnya? Aku menikmati betul datang ke acara Asus, ketemu sama temen-temen Blus, foto-foto alay sama gadget yang memang aku suka.
Dengan atau tanpa dibayar, aku menulis karena memang ingin menulisnya. Ngeblog karena aku senang, bukan karena aku butuh uang. Kerjasama pakai hati, bukan apa-apa ujungnya materi.
Nah kemarin itu aku rasanya kayak menggampar diri sendiri. Tim Asus, dengan cara mereka bersahabat dengan blogger, bikin aku sadar kalau ya.. ngeblog harusnya semenyenangkan ini! Aku memilih datang ke eventnya Asus walau nggak dibayar daripada terima job yang jelas-jelas ada duitnya. Karena buat apa terima job gede kalau nggak menikmati proses nulisnya? Aku menikmati betul datang ke acara Asus, ketemu sama temen-temen Blus, foto-foto alay sama gadget yang memang aku suka.
Dengan atau tanpa dibayar, aku menulis karena memang ingin menulisnya. Ngeblog karena aku senang, bukan karena aku butuh uang. Kerjasama pakai hati, bukan apa-apa ujungnya materi.
Mas Imam, seorang admin akun instagram hits ber-follower 17K, satu pagi di bukit Tranggulasih, pernah nanya gini,
"Kamu kangen nggak sih bisa posting apa aja di instagram? Tanpa mikirin konten, feed, estetika, caption, hestek, impression, pokoknya posting dan seneng.".
Ah, iya, itu.. Itu yang hilang dari blogku. Kesenangan untuk bermain tanpa terlalu mikirin adeblah-adeblah yang sebenernya memuaskan audience tapi nggak diriku sendiri. Mengejar performance dan puas lihat angka-angka di dashboard terus meroket tapi nggak dengan kebahagiaanku di sini.
Purwokerto, 18 September 2017
Semoga aku betul-betul sedang pulang. Ke sini, bermain, bersenang-senang.
Semoga aku betul-betul sedang pulang. Ke sini, bermain, bersenang-senang.
Comments
Post a Comment