"Abis makan Lunpia Delight, enaaaak banget!"
Kalimat itu rutin menghiasi hari-hariku belakangan ini. Dari seorang teman yang tinggal di Semarang, yang dengan isengnya, rajin membanjiri ponselku dengan foto lunpia kesukaannya. Lunpia Delight namanya. Aku, hanya bisa menelan liur sendiri. Lokasi kami terpisah jarak satu kali naik kereta api.
Tapi, bukan Pungky namanya kalau gak mengejar apa yang dimau. Kelezatan Lunpia Delight yang selalu menghiasi ponselku, membuatku nekat pergi ke Semarang. Naik kereta dari Purwokerto, sendirian. Padahal aku ini buta arah dan peta. Sampai di Semarang Poncol, aku betul-betul nggak tau harus kemana naik apa. Lunpia Delight berlokasi di jalan Gajah Mada no 107. Bermodal jurus rayu maut, aku dapat tebengan dari seorang teman untuk menuju lokasi tujuan. Yes!
Sekitar pukul tiga sore, sampailah kami di sana. Ternyata mudah menemukannya, di sisi jalan, terpampang neon board bertulis Lunpia Delight. Bahkan, beberapa meter sebelumnya, jalanan dihiasi dengan billboard besar bertulis "Pintu Gerbang Kuliner Semarang".
Tanpa babibu, aku langsung memesan tiga porsi, tiga varian berbeda. Sebenarnya Lunpia Delight punya 6 varian: LD Original, LD Plain, dan varian spesial yaitu: LD Raja Nusantara (jamur), LD Kajamu (kambing jantan muda), LD Fish Kakap dan LD Crab. Tapi perutku tentu gak muat menampung semuanya.
Inilah yang membuat Lunpia Delight berbeda. Inovasi rasa dan isi yang tak bisa ditemui di tempat lain.
Inilah yang membuat Lunpia Delight berbeda. Inovasi rasa dan isi yang tak bisa ditemui di tempat lain.
Pada gigitan pertama, lunpia ini berhasil menyandang kata sedap menurut versiku. Kombinasi rebung dan kulit renyah sangat pas di lidah. Sausnya, paduan manis gurih, bikin tangan susah berhenti mencocol. Lalap daun bawangnya, mengantar sensasi segar sekaligus getar pedas. Ditambah ceplusan cabai rawit, setiap kunyahan adalah kesempurnaan.
Selain inovasi rasa, Lunpia Delight Cik Me Me ini juga istimewa karena berhasil mengolah rebung dengan sangat pas. Nggak ada sedikitpun apek atau pesing yang terasa, cuma tersisa enak dan enak banget.
Belum kenal Cik Me Me? Beliau adalah generasi ke-5 dari Keluarga Lunpia Semarang. Ayahnya, Maestro Chef Tan Yok Tjay, generasi ke-4 yang menciptakan varian rasa Lunpia Delight saat ini. Dinasti ini adalah para pembuat lunpia Semarang pertama kali.
"Itu lapangan apa? Kok rame banget?"
Tanyaku pada teman yang asik menyantap lunpia.
"Itu Simpang Lima. Wisatawan belum ke Semarang kalau belum ke sana. Tempat wajib datang di sini. Orang luar kota pasti lewat dulu sebelum masuk Semarang, jadi kayak pintu masuk gitu" Jelasnya.
Aha! Akhirnya kutemukan jawaban mengapa Lunpia Delight ini terkenal sebagai Pintu Gerbang Kuliner Semarang. Selain karena lokasinya yang berada di pusat kota, juga karena makanan ini paling sering diburu wisatawan. Seperti aku, andai bukan karena penasaran dengan kelezatannya yang jadi buah bibir banyak orang, belum tentu aku punya alasan untuk datang ke Kota Atlas ini.
"Itu tiket kereta ya, mbak? Kebetulan, sedang ada promo. Kalau menunjukan tiket kereta api, dapat potongan 25%" seorang pramusaji ternyata memerhatikan selembar kertas yang ditanganku.
Ha? Asik! Ternyata ini hari keberuntunganku! Besok, kereta pagi akan mengantarku kembali ke Purwokerto. Aku puas, senang rasanya bisa sampai ke Semarang. Mencicipi lunpia di tempat asalnya, dan menimakti kota ini walau sebentar. Semuanya, diantar oleh sebuah alasan sederhana: Lunpia Delight. Pintu gerbang kuliner Semarang.
***
Comments
Post a Comment