Skip to main content

Kami Ada untuk Berbagi (.)

Sebuah ucapan terimakasih penuh haru mendarat ke kotak surelku malam itu, dari seorang ibu yang enggan menyebutkan nama, dia bilang perkenalan kami telah mengubah hidupnya seratus delapan tujuh koma lima derajat. Pengin bales 'elu sapa hoy?', tapi aku kan anak baik-baik. Jadi dengan baik-baik juga aku tanya maksudnya apa dan kenal darimana. 

Pengakuannya, dia baru saja melewati titik paling jatuh dalam hidup. Nyaris terjun dari lantai dua rumahnya adalah klimaks. Walaupun ada sedikit perasaan dalam hatiku yang mbatin, jatuh dari lantai dua kayaknya enggak bakal mati deh bu. Paling patah tulang, trus tengsin. Tapi aku diam, selain karena aku kan anak baik-baik, aku juga tau persis apa yang mendorongnya untuk naik ke balkon lantai dua dan nyaris terjun. Bunuh diri yang kurang masuk akal, tapi baginya detik itu, pasti menjadi jalan pintas menuju pintu keluar.

Ruangan itu bernama Post Partum Depression, dia-dan aku-pernah terjebak di dalamnya. Pintu keluar sudah lama ditutup rapat. Nyaris terjun dari lantai dua yang dia lakukan, adalah sayatan pisau di nadi tangan kiriku dua setengah tahun yang lalu. Surat elektronik penuh terimakasih yang dia tulis untukku malam itu, adalah kedatangan tanpa sengaja Mama Rheananda, yang aku sujud-sukuri sampai hari ini.

Dan soal kenal dari mana, dia menjawab singkat tapi bikin mewek: E-Book Kumpulan Emak Blogger yang memuat kisahku menjadi survivor sindrom paling mengerikan. Satu pagi saat teror Post Partum Depression sedang gila-gilanya, sebuah pesan lewat aplikasi whatssap datang kepadanya. Sahabatnya, menanyakan alamat email karena akan mengirim buku digital yang harus dia baca. Kalau aku jadi dia, sahabat itu pasti aku suruh ke rumah trus aku selepetin karet gelang sampai nangis. Temen lagi setengah waras disuruh baca buku, menurut ngana?

Tapi ya itulah takdir, email berisi e-book yang dikirim sahabatnya ternyata obat paling obat. Hari itu menjadi titik balik dalam perjuangannya melawan Post Partum Depression. Katanya, seperti ada angin sejuk merambati kepala. Dingin, dan entah kapan tertutupnya, tapi hari itu matanya seakan baru saja terbuka dari terpejam panjang. Dia akhirnya tau bahwa ruangan yang menyekapnya erat-erat bernama Post Partum Depression, dan punya pintu keluar yang baik.

Aku gak pernah tau siapa sahabatnya, darimana sahabatnya bisa dapat e-book itu, siapa yang menyebarkan e-book itu sampai ke tangan sahabatnya, yang jelas buku digital sangat sederhana itu telah melalui perjalanan panjang hingga sampai ke tangan yang tepat. Entah ada berapa ibu lagi yang mungkin juga tertolong, berapa calon ibu yang berhasil menang sebelum berperang karena pernah membacanya, berapa rantai yang ternyata masih melanjutkan perjalanan e-book tersebut, atau bahkan sudah berhenti sama sekali, malam itu aku sangat sangat sangat dan sangat bersyukur.


Berterima kasih pada Gusti, karena komunitas Kumpulan Emak Blogger pernah-dan selalu-memberiku kesempatan. Jalan baik itu bernama Srikandi Blogger. Sebuah kesempatan dimana aku menaruh cita-citaku tentang perubahan besar di tengah perbedaan dan keberagamaan. Bahwa komunitas adalah jalan lapang yang bisa membawa kebaikan untuk banyak orang. Perbedaan yang kami nikmati di bawah satu payung, ternyata menguatkan. Kami bergerak. Kami pelan-pelan mewujudkan.

Pic courtesy of Blogdetik
E-Book yang telah menyelamatkan hidup seorang ibu di atas, adalah gerakan massal yang kami buat. Sudah dua buku yang terbit. Tentang melawan kekerasan seksual pada anak, dan pentingnya mengenal Post Partum Depression. Gratis. Kami menyebar, menebar, menguar. Merestui dan memberi jalan buku-buku digital itu menemui tujuannya. Sejauh-jauhnya mereka mampu menempuh.

Terimakasih mungkin klise, tapi aku cuma punya itu. Aku haturkan yang banyak untuk Kumpulan Emak Blogger, jajaran Makboard dan Makmin superbaik, deretan Srikandi yang selalu menginspirasi, tim e-book yang enggak pernah marah aku japri sehari tiga kali muahahahaha, para penulis yang dengan sukarela berbagi melalui buku gratisan kami, seluruh member yang jumlahnya seabrek-abrek dimanapun kalian, dan kamu, yang mau menikmati apa yang kami buat walaupun sederhana dan banyakan narsisnya. Hah! xD



Purwokerto, 20 Januari 2016

Selamat ulang tahun, Kumpulan Emak Blogger. Teruslah mengibarkan empat kata yang membuatku bersyukur memilikimu, Kami Ada untuk Berbagi.

Comments

Popular posts from this blog

7 Alasan Kenapa Aku Jatuh Hati pada ASUS Zenfone 3

Bosen nggak sih liat aku terus-terusan pamer ASUS Zenfone 3 di sosmed? Bhahahaha Ya gimana dong, aku betul-betul jatuh hati smartphone ini. Bahkan gak cuma aku, di rumah, ASUS Zenfone 3 ini jadi primadona. Enggak bisa deh dipakai satu orang dalam waktu yang lama. Kalau seminggu aku pakai, minggu depannya pasti diculik suamiku. Penginnya sih punya satu-satu ya, tapi kan kami enggak kentut duit. Yaudahlah satu aja dipakai berdua. Itu smartphone apa sabun mandi? Seri yang aku bahas kali ini adalah ZE552KL . Ini nih, 7 alasan kenapa aku jatuh hati sama ASUS Zenfone 3: 1. Kaca Belakang yang Berkilau Bukan, bukan kaca belakang buat atret, lukata angkot. Jadi, case bagian belakang ASUS Zenfone 3 ini terbuat dari crystal glass . Dan kalau kena cahaya, asli, dia berkilau! Beberapa orang nggak suka sama hal ini karena bikin cepat kotor. Karena sidik jari apalagi saat tangan berkeringat, pasti nempel dan meninggalkan kesan dekil. Tapi aku mah suka banget. Karena kalau lagi selfie siang bo...

D'Qiano, Waterpark di Ketinggian 2000 mdpl

Masa kecil kurang bahagia, enggak bakal berlaku di sini. Mungkin terjadi adalah masa kecil kurang... lama. Saking asiknya, rasanya jiwa kanak-kanak dalam diri bergejolak minta diladeni. Sosorotan sampai bokong ledes, berdiri lama-lama di bawah pancuran air, atau menantang ember tumpah dengan kalimat "Kami tidak takut!", byuuuuur... Hahahahaha  *siram mas Abi sang orator ember tumpah* Apa rasanya main air di dataran tinggi yang suhunya seringkali minus? Gimana menggigilnya meluncur di water slide , di tempat yang kerap turun es saking dinginnya? Sini, kuajak kalian ke D'Qiano! Waterpark dengan posisi tertinggi di Indonesia. Dingin? Ya jangan ditanya. Pertama datang, liat airnya dari jauh aja aku udah merinding. Ibarat jatuh cinta, gemetarnya itu kerasa walau tanpa menyentuh. Adek kejet-kejet, bang.. Terletak di dataran tinggi Dieng, D'Qiano menyuguhkan wisata air yang cukup gila. Cuma di sini kita bisa berenang ditemani kabut dan udara dingin khas pegunungan. Buk...

Hasil Kamera Depan Zenfone 4 Selfie Pro

Sudah lihat hasil foto Zenfone 4 Selfie? Nah, barangkali kamu pengin merasakan pengalaman selfie yang lebih canggih, sini, kuceritain tentang Zenfone 4 Selfie Pro. Ini semacam seri profesionalnya gitu, tentu dengan kamera depan yang lebih greget. Nggak seperti Zenfone 4 Selfie, seri dengan kata Pro di belakangnya ini, aku nggak pegang unitnya. Jadi, aku nggak bisa ngasih kalian review kayak Zenfone 4 Selfie itu. Tapi aku bisa ngasih lihat hasil kamera depannya. Karena sumpah, hasil fotonya kece parah! ** ASUS ZenFone 4 Selfie Pro memungkinkan penggunanya mengambil foto pribadi dengan sempurna, sekaligus memberikan definisi baru apa yang bisa dilakukan saat mengambil foto selfie. ASUS menawarkan pengalaman yang luar biasa dengan dual front facing camera yang memungkinkan lebih banyak orang masuk ke dalam frame, lebih banyak pemandangan bisa ditangkap, dan memanfaatkan efek beautification dengan sensitivitas cahaya hingga 2x lebih baik. Pengguna bahkan bisa mereka video selfie hingga res...