"Gila! Serius ini Indonesia?"
Setengah berteriak, aku menyelesaikan acara selfie nyangsang di atas kapal, menyaut kamera mirrorless kesayangan lalu turun ke pasir. Demi apapun, aku baru pertama kali lihat pemandangan seseksi ini. Hamparan pasir yang dikepung pulau-pulau maha-indah. Lengkap dengan air laut bergradasi toska dan biru, pun langit cerah biru berawan putih. Edan, Indonesia gue indah banget!
"Bagus gak mbak?" tanya pak Man, tour guide acara Travel Writers Gathering 2015 kepadaku.
"Sumpah ya pak, ini tempat terindah yang pernah saya datangi. Buagus buanget!"
"Katanya pernah ke Phuket?"
"Pantai terindahnya Phuket gak ada separonya keindahan di sini.."
"Selamat datang di Gili Sunut, mbak.."
Pak Man tersenyum bangga, mungkin dia merasa berhasil membawa kami ke tempat yang sukses bikin mangap. Gili Sunut namanya. Secuil khayangan di timur Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pertama kali sampai, hal pertama yang aku temui adalah kenyataan bahwa terlahir sebagai Indonesia, sangat-sangatlah harus disyukuri. Kalau kalian, mungkin hal pertama yang menyambut, adalah penyeselan karena si pungky duluan sampai ke sini. Jarang-jarang aku selangkah lebih hits dari banyak orang muahahahaha maaf yhaaa.
Tujuh puluh lima kilometer dari Mataram, pulau ini tidak memiliki apapun selain surga. Gak ada orang di sini, karena penduduknya sudah direlokasi ke pulau Lombok mengingat terbatasnya sarana dan sulitnya akses. Kehidupan yang tertinggal hanya tarian savana, pohon-pohon yang meranggas karena kemarau, serakan puing sisa bangunan dan dinding-dinding sisa yang malah membuat gili ini semakin bikin gak mau pergi.
Belum banyak wisatawan yang tau Gili Sunut ini, jadi pengunjungnya masih sangat sangat sedikit. Jadi kalau selfie hanya akan berlatar belakang keindahan. Dijamin deh mengundang banyak love dan like sosial media (eh?). Bahkan waktu aku ke sana, pulau ini hanya milik rombongan kami. Syahrini punya jet pribadi, kami mah apa atuh cuma pulau pribadi.
Belum ada kendaraan umum yang sampai ke sini, satu-satunya cara adalah pakai kendaraan pribadi atau sewa kapal se-guide-guide-nya dari Tanjung Luar. Kalau lewat darat, denger-denger medannya bikin tobat. Kalau lewat air, waktu tempuhnya lumayan bikin mabok laut. Tergantung kadar norak sih, kalau aku sih sampai pucat, saking lamanya di kapal. Ya maap.
Di sini juga gak ada warung atau abang-abang kang bakwan, jadi kalau berlama-lama sini, pastikan perut sudah kenyang atau minimal bawa bekal minum dan cemilan. Di sini juga gak ada colokan, jadi kalau gak mau menangis kemudian, jangan lupa penuhi baterai kamera sebelum datang. Demi dada kiri Travis Barker, kesini tanpa foto-foto dan selfie selfie alay sungguhlah sebuah kerugian.
Satu hal yang harus ditulis dalam-dalam di kepala, Gili Sunut gak punya tempat sampah. Jadi sekecil apapun sampah yang kamu bawa, pastikan gak setitikpun tertinggal di sana. Sekalipun sampah berbentuk mantan. Sama satu lagi, karena dulunya di sini ada penduduk, banyak pecahan kaca dan keramik di pasir. Jangan slengean amat kalau jalan. Iya pasir, yang menghubungkan Gili Sunut dan pulau Lombok. Semacam jembatan yang membelah lautan, satu kata di atas indah.
Purwokerto, 17 Desember 2015
Terletak di Dusun Temeak Desa Pemongkong Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Gili Sunut adalah satu dari sejuta alasan, kenapa kamu harus ke Nusa Tenggara Barat.
Comments
Post a Comment